ACEH TAMIANG | 24jamtop.com : Terdamparnya pengungsi Etnis Rohingya pada tahun 2023 ini seperti menjadi sasaran Etnis Rohingya untuk mengungsi ke Aceh secara bergelombang. "Jelas Novya Fera Caleg DPRA Fraksi PDI-P Davil VII. (Langsa - Aceh Tamiang). Kamis (04/01/2024).
"Namun kali ini sangat menarik, lanjut Novya Fera, "beda halnya dengan kedatangan pengungsi Etnis Rohingya sebelum-sebelumnya yg mendapat simpati mendalam dari masyarakat, karena alasan seagama dan kemanusiaan."
"Kali Ini masyarakat Indonesia, terutama Aceh melek akan keganjalan fenomena kedatangan pengungsi Etnis Rohingya dari Camp Pengungsi Coxs Badzar Bangladesh ke Aceh, masyarakat menolak untuk memberi bantuan dan tempat untuk mereka, bahkan setelah memberi bantuan emergency berupa makanan, minuman dan BBM untuk mereka, masyarakat menyuruh mereka untuk naik kembali ke kapal mereka dan melanjutkan perjalanan mereka terserah kemana saja asal tidak ditanah kami. "Jelas Novya Fera.
"Dan ternyata masyarakat mulai curiga dan tidak berempati lagi terhadap pengungsi Etnis Rohingya, karena memiliki alasan yang nyata, seperti : Pengungsi Etnis Rohingya bukan terdampar dari Myanmar, melainkan mereka Berangkat dari Camp Pengungsi Coxs Badzar Bangladesh memang tujuannya ke Indonesia, tepatnya ke Provinsi Aceh, dan di kendali Smuggler (Jaringan Penjualan Manusia), dengan iming - iming mendapatkan pekerjaan dan kewarganegaraan, serta kehidupan yang layak asal mereka bayar ke oknum jaringan Smuggler."
"Keterlibatan oknum NGO internasional PBB beserta LSM Nasional yang notabenenya Underbow dari NGO internasional, itu sendiri untuk memudahkan penanganan pengungsi didalam jaringan Smuggler dalam misi mendamparkan pengungsi Etnis Rohingya ke Provinsi Aceh, demi keuntungan dan upaya mendamparkan serta melobi untuk mencari tempat penampungan bagi pengungsi Etnis Rohingya ke Aceh."
"Gesekan sosial prilaku serta adab pengungsi Etnis Rohingya yang bertolak belakang dengan masyarakat setempat, seperti halnya Kotor, tidak bersyukur, kasar, kabur dari camp pengungsian dan lain-lain, yang menguatkan hilangnya rasa empati dari masyarakat Aceh terutama sekitar lingkungan pengungsian. "Ucap Novya Fera.
"Oleh karena hal tersebut, masyarakat Aceh hilang rasa empati serta tidak mau memberikan bantuan apapun terhadap pengungsi Etnis Rohingya, bahkan mereka meminta pemerintah bersikap tegas untuk mengusir mereka dari negara Indonesia."
"Kembalikan mereka ke Camp Coxs Bazar yang dinilai sudah cukup layak, bahkan masyarakat Aceh sendiri masih banyak membutuhkan bantuan, serta perhatian pemerintah terhadap kelayakan taraf dan mutu hidup untuk masyarakat Aceh, yang bisa dikatakan masih jauh kata layak dari berbagai segi sektor kehidupan seperti ekonomi, pendidikan, kesehatan."
"Harapan besar masyarakat Aceh terhadap pemerintah, seharusnya lebih mengutamakan masyarakatnya sendiri daripada orang asing, serta menguatkan sistem pengamanan dan pertahanan negara dari paparan asing."
"Karena tidak menutup kemungkinan fenomena pengungsi Etnis Rohingya merupakan gerakan Propaganda, Spionase asing, dan lain sebagainya terhadap kebijakan Politik Negara Indonesia, apalagi menjelang tahun kontestasi Politik Akbar Indonesia pada tahun 2024 mendatang. "Pungkas Novya Fera Caleg DPRA Fraksi PDI-P Davil VII (Langsa - Aceh Tamiang).
SUPARMAN