Iklan

Iklan

Hasil Ujian CAT Panwascam di Deli Serdang Tidak Transparan

24JAMNews
19 Oktober 2022, 13:23 WIB Last Updated 2022-10-19T06:23:44Z
masukkan script iklan disini
masukkan script iklan disini


Deli Serdang | 24jamtop.com - Beberapa hari lalu, Bawaslu Kabupaten Deli Serdang telah melaksanakan ujian sistem komputer dalam rangka perekrutan Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) tingkat Kecamatan.


Dalam pelaksanaannya, ujian diselenggarakan dalam bentuk CAT (Computer Assisted Test). Ujian yang dilaksanakan di ruang belajar praktek SMK Negeri 1 Percut Sei Tuan itu diikuti ratusan peserta dari berbagai Kecamatan di Kabupaten Deli Serdang.

Berhubung jumlah pelamar cukup banyak, Kelompok Kerja (Pokja) Bawaslu Deli Serdang yang menangani ujian tersebut membagi jumlah peserta, dan dilaksanakan selama 3 (tiga) hari.


Dimulai dari Jum'at (14/10/2022) sampai Minggu (16/10/2022), setiap harinya, peserta dibagi menjadi 5 sesi dalam beberapa ruangan. Informasi yang didapat dari salah satu peserta ujian, pengumuman hasil ujian CAT diumumkan pada Selasa (18/10/2022).


Namun, hasil ujian tersebut tidak mencantumkan nilai hasil ujian setiap peserta yang lulus. Dari lampiran pengumuman yang dikeluarkan Bawaslu Deli Serdang, dari setiap Kecamatan, dinyatakan lulus sebanyak 6 (enam) orang. Tidak dicantumkannya nilai hasil ujian tersebut membuat beberapa peserta merasa ragu dengan hasil pengumuman itu.

Pasalnya, pengumuman tersebut berbeda dengan pengumuman Bawaslu di Kota Tanjung Balai dan Tapanuli Tengah (Tapteng).


Sabar Naek Limbong, S.Kom., salah satu peserta yang turut ikut dalam ujian CAT itu mengungkapkan kekecewaannya terhadap kinerja Bawaslu Deli Serdang, Selasa (18/10/2022) sore.


Dirinya menduga hasil pengumuman itu telah dipermainkan, dia pun mengatakan bahwa pengumuman dengan cara tersebut tergolong tidak transparan.


"Sebenarnya hasil ujian itu sudah diketahui ketika ujian tersebut selesai dikerjakan. Setelah saya menyelesaikan 100 soal, kita diarahkan menekan tombol 'Finish Quiz'. Nah, disitu langsung muncul hasil nilai kita," tuturnya.

"Hanya saja, ujian selama 3 hari, mulai Jum'at sampai Minggu. Mungkin mereka panitia ingin mengumumkannya secara serentak," tutur Limbong lagi.


Dia pun mempertanyakan sebab tidak dipublikasikannya hasil nilai semua peserta, sehingga dirinya menduga adanya permainan.


"Ini namanya tidak transparan, setiap ujian selesai. Sebelum saya meninggalkan komputer ujian, monitor saya dipoto, seharusnya nilai semua peserta direkap dalam lembar kertas dan dipampangkan di Kantor Bawaslu Deli Serdang, biar jelas. Kita pun merasa puas jika begitu," ujarnya.


Limbong pun mencontohkan layaknya hasil ujian CAT Panwaslu yang diumumkan Bawaslu Kota Tanjung Balai dan Kabupaten Tapteng.


Pada pengumuman yang dilakukan Tanjung Balai, hasil ujian semua peserta ditampilkan, urutan dimulai dari nilai tertinggi hingga nilai terendah urutan paling bawah.


Sehingga setiap peserta paham, bahwa peringkat 1 sampai 6 berhak ikut test selanjutnya, yaitu wawancara.


"Jika hasil ujian yang ditampilkan, mereka tidak perlu lagi mengatakan siapa saja yang lulus. Kita tinggal lihat peringkat saja. Jika saya diperingkat 7, tentu saya tidak berhak ikut test selanjutnya. Tapi, inikan bukan perengkingan yang dibuat, langsung nama-namanya yang lulus ditulis, dasarnya lulus apa?, kan begitu," ucapnya kecewa.


Oleh karena itu, mantan aktivis mahasiswa ini meminta Pokja Bawaslu Deli Serdang untuk menampilkan perangkingan semua peserta per Kecamatan, hal demikian yang menurutnya transparan.


Dia juga kawatir hasil ketidak transparan seperti itu terbiasa hingga pengawasan pelaksanaan pemilihan umum (Pemilu) 2024.


Masa yang notabenenya badan pengawas tidak transparan. Seharusnya Bawaslu memberikan contoh transparan dan bahkan super transparan," ujar Koordinator Komite Pemilih Indonesia (TEpI) Kecamatan Namorambe ini.


Kepada indosatu, ia juga bahkan menceritakan situasi dan kondisi di dalam ruangan saat ujian CAT berlangsung kala itu.


Limbong menerangkan, beberapa anggota Kelompok Kerja (Pokja) Bawaslu Deli Serdang duduk di kursi samping peserta ujian.


"Ngapain pula dia duduk di samping peserta ujian, apa memang begitu SOP nya?," sebutnya.

"Memang ujian itu secara sistem komputer. Tapi kami di sesi 5, artinya sesi 1 samapi 4, saya menduga mereka bisa tau itu soalnya, sebab semua soal peserta sama menurut saya," sebutnya lagi.


Koordinator TEpI itu pun menantang Bawaslu Deli Serdang berani menampilkan hasil nilai yang telah dipoto, sehingga kekesalan peserta dapat terjawab.


"Sederhana saja, buat perangkingan hasil ujian CAT per Kecamatan, tempelkan di dinding Kantor Bawaslu Deli Serdang, biar kami lihat. Siapa rangking tertinggi 6 besar, tentu merekalah yang lulus," jelasnya.


Dia pun mengaku telah memberitahukan ketidak transparannya Bawaslu Deli Serdang kepada Koordinator TEpI Kabupaten Deli Serdang.


Bahkan katanya, dia akan berkomunikasi dengan Koordinator TEpI wilayah Provinsi Sumatera Utara.


"Saya sudah komunikasikan ini dengan Koordinator Komite Pemilih Indonesia (TEpI_red) Kabupaten Deli Serdang. Mungkin saja juga sampai ke Koordinator wilayah Sumut, saya akan terus kawal," jelas pria yang juga berprofesi sebagai jurnalis ini.

"Saya legowo, jika saya tidak lolos. Tapi buktikan saya tidak lolos. Tampilkan perangkingannya seperti yang dibuat Bawaslu Tanjung Balai, biar adil," cetusnya.


Limbong pun berencana akan mempertanyakan transparansi Bawaslu secara langsung ke Kantor Bawaslu Deli Serdang.


"Saya akan tanyakan langsung ini ke Kantor Bawaslu Deli Serdang. Tadi saya tanya lewat WhatsApp, katanya silahkan datang ke Kantor," pungkas Limbong menirukan jawaban anggota Pokja Bawaslu Deli Serdang.


Peserta lain, sebut saja Siti, juga menerangkan dugaan ketidak kondusifan saat di dalam ruang ujian kala itu.


"Diruangan pun kemaren, ada beberapa peserta lebih awal selesai, dan mereka dinyatakan lulus, masih sekitar 15 menit, sudah keluar," tulisnya melalui pesan WhatsApp.


"Kenapa di ruangan saya banyak banget panitia, dekat yang lulus-lulus itu," tulisnya lagi.

"Apanya yang transparan kayak gini," tulisnya dalam grup WhatsApp TEpI Deli Serdang.


Irfan Ginting, salah satu anggota Pokja Bawaslu Deli Serdang yang ditugaskan menerima tanggapan masyarakat, saat dimintai keterangan melalui pesan WhatsApp, tak kunjung menjawab hingga Rabu (19/10/2022).


Pada Selasa (18/10/2022) sekitar pukul 13.31 WIB siang, indosatu mengirimkan pesan terkait keberatan peserta untuk ditanggapi, tapi Irfan memilih tidak membalas, walaupun 2 pesan telah dibaca, dan 2 pesan berikutnya tidak dibaca dan tidak dibalas, sementara pesan tersebut telah tersampaikan


(Red)

Komentar

Tampilkan